Nackt Culture-Nudism vis-a-vis Anak Culture-Skena

Diperkotaan sampai daerah pinggiran, sekarang kita sering melihat fashionstyle seseorang yang seringkali serba hitam atau berwarna netral, mengenakan sneakers dari merek terkenal serta aksesoris yang nyentrik. Terlebih, kita sering melihat orang dengan style tersebut ditempat-tempat tertentu baik yang bernuansa modern atau klasik yang pastinya estetik karena disamping memperhatikan set penampilan/out fit mereka juga memiliki hobby kumpul-kumpul nongkrong, ngopi artisan, mendengarkan music dan lain-lain. Dengan rentetan alamat itu, mereka biasa disebut sebagai Anak Kalcer merujuk pada komunitas tertentu disebut Skena.

Kita tentu setuju bahwa memang gaya berpakaian sekelompok orang itu merupakan fenomena budaya yang begitu kompleks. Dengan berpakaian tercerminlah identitas, status, nilai, atau ekspresi baik dilihat dalam konteks sosial, ekonomi, politik ataupun secara historis. Berpakaian bukan menjadi kebutuhan semata, tetapi juga medium simbolik yang mengandung banyak pesan. Walah iya lagi-iya lagi ternyata untuk berpakaian menutup bagian tubuh saja kita tak bisa terlepas dari jebakan-jebakan modernitas.

Terlebih kondisi hari ini sosial media menjadi platform hegemonik yang sangat efektif dalam penguatan nilai futuristic. Anak Kalcer senang membuat konten, membagikan dan berebut penilaian dari pertunjukan gaya hidup yang mereka unggah. Sadar tidak sadar standar kekalceran terbangun disini, dalam pandangan mereka barangsiapa yang tidak bisa mengikuti trend terkini tentu bisa jadi dicap tidak kalcer. Fenomena semacam ini lahir karena praksis sosial, tentu apabila dilihat lebih detail terdapat banyak aspek peranan yang pada ujungnya akan terdapat pertentangan antar kelompok sosial dalam praktik dominasi nilai.

Pertentangan dalam gaya hidup khususnya style berpakaian telah ditunjukan oleh orang-orang Nudis, mereka justru membuat sebuah gerakan yang melaksanakan cara hidup dengan tidak berpakaian. Nudisme ini dimulai pada abad ke-20 di Jerman mereka dikenal dengan nama kelompok Nack Culture. Bagi mereka kebiasaan orang menutup badan merias dengan pakaian sebenarnya dapat merusak moral. Mereka melakukan gerakan ini bukan tanpa sebab yang jelas, melainkan meraka sangat peduli dengan penerimaan tubuh tanpa rasa malu, tanpa jenis kelamin, tanpa status sosial dan sebagai cara untuk menolak industrialisasi yang semakin berkembang.

Sama seperti Anak Kalcer, Nack Kalcer juga memiliki lifestyle yang khas, punya hobi dan tempat favorit tertentu juga mereka terhubung dengan berbagai circle. Jika Anak Kalcer hobi nongkrong maka Nack Kalcer hobi berolahraga, Anak Kalcer punya Coffe Shop – Nack Kalcer punya tempat nudis, Anak Kalcer punya circle-Nack Kalcer punya klub liburan dan berorganisasi sehingga gerakan ini mendapat banyak penerimaan dan menyebar luas bahkan sampai Inggris, Prancis, As, Kanada dan Austria. Pada tahun 60 sampai 70-an banyak orang dari berbagai segmentasi masyarakat mengikuti gerakan Nudis tersebut dan tak kalah populernya dengan skena sekarang.

Mungkin yang menjadi pembeda Nack Kalcer itu orang-orangnya mulai dari yang paling konservatif sampai paling radikal memiliki prinsip bahwa gerakan telanjangnya itu bukan tentang seks melainkan penghargaan dari sebuah kebebasan, keadilan, harmoni dan penerimaan. Terlepas dari gerakan mereka dengan bertelanjangnya, mereka memiliki prinsip kritis atas situasi sosial, mereka sadar dan tak menginginkan gaya hidup yang sarat penindasan.

Hari ini mungkin kita berpakaian namun kebebasan kita dalam hak-hak kemanusiaan terampas, mungkin kita bergaya dengan brand-brand terkenal namun keadilan sosial kita ciptakan kesenjangan, mungkin kita memiliki circle yang modern namun harmoni keteraturan manusia dan alam dipertaruhkan, mungkin juga kita mengupayakan tampil sempurna namun sebenarnya perasaan kita dengan gaya hidup yang kita jalani tak mendapat penerimaan hati.