Sebut saja RW dia adalah laki-laki yang berusia sekitar 27 tahun dan ia menjadi tulang punggung keluarga. Nestapanya harus terkena sial dikarena ia di duga telah melakukan pencurian handphone di sebuah toko ritel.
Padahal sebenarnya dia tidak melakukan pencurian sama sekali. Karena pemilik handphone terlanjur panik akhirnya dia melaporkan lah kejadian ini ke Polsek setempat. Akhirnya RW pun dibawa kekantor polisi dan dilakukan interogasi kepadanya. Singkat cerita ternyata eh ternyata hand phone yang disangkakan dicuri oleh RW tadi rupanya telah di kembalikan kepada pegawai toko ritel tersebut. Pihak yang menuduh RW mencuri pun ingin masalah ini selesai setelah ia bertemu dan mengembalikan handphonenya. Tak dikira rupanya kepolisian pun justru malah terus mendatangi (menelpon) RW dikarenakan masalahnya belum selesai, bahkan kasus pencurian ini sudah sampai di kejaksaan, dia pun di ancam dengan pidana 7 tahun dan dimintai uang sebesar 90 juta. Selain itu RW juga diancam jika tidak segera memberikan uang itu maka akan segera dipenjara.
Ia akhirnya berusaha untuk memenuhi permintaan pihak kepolisian itu sampai-sampai ia harus meminjam ke temannya atau saudaranya. Tetapi dikarenakan RW tak bisa memenuhi keinginan oknum aparat kapolsek, dia pun memilih untuk meng akhiri hidupnya dengan cara gantung diri dibelakang rumahnya. Sambil membuat tulisan di tembok “Kejujuran sudah tidak berguna”.
Lantas bagaimana dan mengapa seseorang melakukan bunuh diri?
Menurut data dari BRIN menunjukan sekitar 2.112 kasus bunuh diri warga Indonesia, adapun data ini peroleh sejak 2012-2023.
Data ini menunjukan bahwa ada sekitar 176 orang melakukan bunuh diri setiap tahunnya di indonesia. Entah itu masalahnya dengan pencarian akan makna hidup yang tak kunjung didapatkan, atau sebuah pelarian dari penderitaan yang selalu dialami. Menurut Camus kehidupan mungkin tidak memiliki makna inheren pada dirinya, namun dia menegaskan bahwa kebahagiaan bisa kita temukan pada pengalaman sehari-hari. Entah itu bercinta dengan sang kekasih, meneguk alkohol dengan sahabat, dan hal-hal sederhana lainnya. Sadarlah kawan walau pun hidup begini-begini saja makan, minum, reproduksi, melakukan hal culas, ngumpulin harta, lalu miskin, eh lalu mati tapi nikmati saja hal sederhana tadi. Karena sisifus tak selalu merasa sedih ketika dia turun dari atas gunung untuk mengangkat batu keatas gunung berulang kali.