Syiah Ismailiyah: Warisan Imamah, Dinasti Fatimiyah, dan Peran Global Masa Kini
Walaupun secara mayoritas pengikut Ahlu Bait meyakini bahwa imamah berpindah kepada Musa al-Kazhim, namun sebagian tetap menganggap Ismail sebagai imam sejati, meskipun telah wafat, karena menurutnya imamah tidak bisa dibatalkan oleh kematian. Dari keyakinan inilah tumbuh mazhab Ismailiyah, yang memandang imamah sebagai garis spiritual yang bersifat batiniah, tidak tergantung pada aspek lahiriyah. Sebagaimana dicatat oleh Sayyid Babawaih al-Qummi dalam kitab tarikh-nya, “Ikhtilaf mereka bukan soal dunia, tapi soal cahaya yang diyakini tetap mengalir, meski pemilik tubuhnya telah tiada.”
Perkembangan Ismailiyah selanjutnya membuktikan daya tahan dan dinamika intelektual mereka. Dalam beberapa abad, gerakan ini berkembang dari komunitas bawah tanah menjadi kekuatan politik besar. Puncaknya terjadi ketika cabang Ismailiyah yang dikenal sebagai Fatimiyah mendirikan dinasti besar di Afrika Utara, dengan pusatnya di Mesir. Dinasti Fatimiyah (969–1171 M) bukan hanya menjadi simbol kejayaan politik Syiah Ismailiyah, tetapi juga pusat kemajuan ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni Islam.
Mereka membangun Kairo sebagai kota ilmu, mendirikan lembaga ternama seperti Darul Hikmah dan al-Azhar, yang awalnya didirikan sebagai pusat dakwah dan pendidikan mazhab Ismailiyah. Meski akhirnya runtuh karena tekanan militer dan konflik internal, warisan intelektual dan jaringan dakwah mereka tetap bertahan dalam bentuk gerakan-gerakan da’i yang tersebar ke berbagai wilayah.
Di era kontemporer, eksistensi Syiah Ismailiyah tetap menunjukkan daya hidupnya, tidak hanya sebagai tradisi spiritual tertutup, tetapi juga sebagai komunitas yang aktif dalam kehidupan sosial dan politik global. Salah satu cabang paling terkenal adalah Ismailiyah Nizari, yang dipimpin oleh Imam ke-49 mereka, Agha Khan IV, sosok kharismatik yang dikenal luas karena peran aktifnya dalam isu-isu pembangunan global, pendidikan, dan filantropi lintas negara.
Melalui Aga Khan Development Network (AKDN), komunitas ini membangun rumah sakit, universitas, dan pusat budaya di berbagai belahan dunia, menjadikannya sebagai representasi modern dari mazhab Ismailiyah yang adaptif terhadap zaman. Tak sedikit yang menyebut bahwa Agha Khan adalah salah satu pemimpin agama terkaya di dunia.
Bahkan di ranah politik dunia Muslim, pengaruh Ismailiyah juga terasa. Dua tokoh politik besar asal Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto dan putrinya, Benazir Bhutto, perempuan Muslim pertama yang menjadi perdana menteri di negara mayoritas Muslim merupakan keturunan Ismailiyah, meskipun afiliasi spiritual mereka tidak selalu dinyatakan secara eksplisit dalam politik.