Esai Iris Young, “Beyond the Unhappy Marriage: A Critique of the Dual Systems Theory”, merupakan respons terhadap upaya feminisme sosialis untuk menyatukan Marxisme dan feminisme melalui teori sistem ganda (dual systems theory). Teori ini, yang dipopulerkan oleh Heidi Hartmann, berargumen bahwa penindasan perempuan merupakan hasil dari dua sistem yang terpisah namun berinteraksi: patriarki (sistem dominasi gender) dan kapitalisme (sistem eksploitasi kelas). Young menolak pendekatan ini, dan menganggapnya tidak memadai secara teoritis dan berpotensi kontra-produktif secara politis. Sebagai alternatif, ia mengusulkan agar analisis ‘pembagian kerja berbasis gender’ (gender division of labor) menjadi kategori sentral dalam materialisme-historis feminisme, memahami kapitalisme dan patriarki sebagai satu sistem terintegrasi yang ia sebut “kapitalisme patriarkal”.
“Dual Systems Theory”: Asumsi dan Batasannya
Dual Systems Theory muncul dari ketidakpuasan terhadap Marxisme tradisional—yang dianggap “buta gender”—dan feminisme radikal, yang dianggap mengabaikan basis material patriarkal. Hartmann mendefinisikan patriarki sebagai:
“…seperangkat hubungan sosial antar laki-laki, yang memiliki basis material, dan yang, meskipun hierarkis, membangun atau menciptakan saling ketergantungan dan solidaritas di antara laki-laki yang memungkinkan mereka mendominasi perempuan.”
Menurutnya, patriarki dan kapitalisme adalah sistem dengan “hukum gerak” (laws of motion), dinamika internal, dan sejarah yang berbeda, meskipun bisa saling memperkuat atau berkonflik. Young mengidentifikasi dua varian utama dual systems theory ini:
Pertama, Patriarki sebagai struktur ideologis/psikologis universal (seperti pada Juliet Mitchell), dilihat sebagai struktur budaya abadi yang diekspresikan secara berbeda dalam berbagai moda produksi. Young mengkritik pendekatan ini karena men-dehistorisasi dan meng-universalisasi penindasan perempuan, serta berisiko bias budaya, ras, dan kelas. Lebih buruk lagi, pendekatan ini akhirnya menyerahkan penjelasan “konten” penindasan perempuan kepada teori Marxist tradisional yang buta gender, sehingga gagal menantang hegemoni teoritis Marxisme tradisional;
Kedua, Patriarki sebagai sistem hubungan material independen (seperti pada Hartmann dan Ann Ferguson) yang menganggapnya sebagai sistem atau “moda produksi” tersendiri (e.g., “produksi manusia” atau “produksi afektif-seksual”) yang berdampingan dengan moda produksi kapitalis. Young menunjukkan kontradiksi internal dalam pendekatan ini. Jika basis material patriarki terletak pada “kontrol laki-laki atas tenaga kerja perempuan” dan eksklusi perempuan dari sumber daya produktif—seperti argumen Hartmann, maka sulit untuk memisahkan patriarki secara analitis dari hubungan produksi kapitalis itu sendiri. Ketika patriarki dan kapitalisme termanifestasi dalam struktur sosial-ekonomi yang identik, mereka cenderung menjadi satu sistem.
Young juga mengkritik model “ruang terpisah” (separate spheres) yang sering mendasari dual systems theory varian kedua, yaitu pemisahan kaku antara “keluarga” sebagai ranah patriarki dan “ekonomi” sebagai ranah kapitalisme. Model ini dianggapnya menghipostasi (menganggap nyata secara berlebihan) pembagian kapitalisme historis-spesifik menjadi bentuk universal, dan gagal menjelaskan penindasan perempuan di luar keluarga (misalnya di tempat kerja) yang justru menjadi ciri kapitalisme modern.
Analisis Pembagian Kerja Gender: Sebuah Alternatif Terintegrasi
Young menawarkan analisis pembagian kerja gender sebagai inti materialisme-historis feminisme. Kategori ini memiliki beberapa keunggulan dibanding dual systems theory ganda:
- Fokus pada Aktivitas Konkret: Pembagian kerja mengacu pada aktivitas kerja itu sendiri dan hubungan sosial-institusional spesifiknya, bukan hanya relasi terhadap alat dan hasil kerja seperti kategori “kelas”. Ini memungkinkan analisis hubungan sosial yang timbul dari aktivitas kerja secara terdiferensiasi gender.
- Level Analisis Lebih Konkret dan Lebih Luas: ‘analisis kelas’ bertujuan melihat sistem secara keseluruhan pada tingkat abstraksi tinggi (kepemilikan, kontrol, apropriasi-surplus). ‘Analisis pembagian kerja’ beroperasi pada level yang lebih konkret, memeriksa hubungan interaksi dan saling ketergantungan yang membedakan masyarakat menjadi jaringan kompleks, termasuk menurut gender.
- Menempatkan Gender sebagai Inti: Pembagian kerja berbasis gender bukan sekadar “tambahan” pada analisis ekonomi, tetapi merupakan aspek fundamental dan konstitutif dari setiap formasi sosial. Ia adalah pembagian kerja pertama (first division of labor) dalam masyarakat manusia dan mungkin menjelaskan perkembangan bentuk pembagian kerja lainnya (e.g., mental-manual).
- Menghindari Universalisme Palsu: Analisis ini memungkinkan pemahaman variasi historis dan spesifik situasi perempuan tanpa menganggap semua perempuan mengalami penindasan identik. Ia fokus pada bagaimana tugas dan fungsi tertentu dalam masyarakat selalu atau biasanya dilakukan oleh satu gender, tanpa menyimpulkan semua anggota gender itu ‘memiliki situasi identik’.
- Menjelaskan Asal-Usul dan Pemeliharaan Subordinasi: Analisis ini dapat menjelaskan secara struktural mengapa laki-laki menempati posisi superior terinstitusionalisasi melalui kontrol diferensial atas sumber daya dan akses ke ‘alat kerja’ yang diberikan oleh pembagian kerja gender.
Young menekankan bahwa analisis ‘pembagian kerja gender’ harus menjawab pertanyaan kunci: Bagaimana garis pembagian utama dalam formasi sosial tertentu? Seperti apa sifat dan makna sosial pada tugas spesifik gender? Bagaimana pembagian kerja ini mendasari organisasi ekonomi, kekuasaan, hierarki gender, dan hubungan kekerabatan? Apa yang menjelaskan asal-usul dan transformasinya? Yang selanjutnya Ia juga mengakui peran faktor biologis (fungsi reproduksi) dan psikologis (pembentukan identitas gender), tetapi menegaskan bahwa penjelasan untuk ‘kekuasaan sosial’ laki-laki dan posisi istimewanya terletak pada organisasi relasi sosial dari aktivitas kerja.
Kapitalisme Patriarkal: Marginalisasi Perempuan sebagai Karakteristik Esensial
Young menerapkan lensa analisis pembagian kerja gender untuk memahami kapitalisme secara historis. Ia menolak asumsi dual systems theory (dan banyak teori Marxis/Liberal) bahwa kapitalisme secara inheren “buta gender” dan cenderung menghomogenkan tenaga kerja. Sebaliknya, ia berargumen:
“Tesis saya adalah bahwa marginalisasi perempuan dan dengan demikian fungsi kami sebagai tenaga kerja sekunder merupakan karakteristik esensial dan mendasar dari kapitalisme.”.
Kapitalisme, sebagai sistem ekonomi pertama yang memerlukan pengangguran struktural dan fluktuasi angkatan kerja, membutuhkan kriteria untuk membedakan pekerja inti (utama) dan pekerja sempalan (sekunder). Patriarki pra-kapitalis dan fungsi biologis perempuan menyediakan kriteria “alami” untuk ini: gender. Perempuan didefinisikan sebagai ‘cadangan tenaga kerja murah’ (reserve army of labor), yang berfungsi:
- Memasok pekerja untuk industri baru/ekspansif tanpa menggusur pekerja laki-laki (e.g., tekstil, perawat, pekerja clerical).
- Menekan upah dan militansi seluruh pekerja (e.g., digunakan sebagai pemecah mogok, menggantikan laki-laki saat mekanisasi/depresi, lalu digantikan lagi).
- Memperdalam segregasi pekerjaan berdasarkan gender, dengan pekerjaan “perempuan” bergaji dan berprestise lebih rendah meski membutuhkan keterampilan setara.
Ideologi femininitas domestik “wanita sejati adalah ibu rumah tangga” muncul sebagai ‘konsekuensi’ dan ‘justifikasi’ dari proses marginalisasi ini, yang dipromosikan secara aktif oleh kapitalis untuk membenarkan upah rendah dan mencegah organisasi perempuan. Young menegaskan, kapitalisme tidak sekadar “menggunakan” atau “beradaptasi” dengan hierarki gender; sejak awal ia ‘dibangun di atasnya’. Bentuk spesifik penindasan perempuan di bawah kapitalisme bersifat esensial bagi sifatnya. Bukti empiris (e.g., dari Ester Boserup) menunjukkan bahwa pengenalan metode kapitalis/modern cenderung memperburuk situasi perempuan, bahkan di masyarakat di mana perempuan sebelumnya menjadi pusat ekonomi.
Implikasi Praktis: Menyatukan Perjuangan
Young mengkritik dual systems theory karena implikasi politiknya yang memisahkan perjuangan melawan patriarki dan kapitalisme. Meski ia mendukung penuh gerakan perempuan otonom untuk alasan praktis (ruang berkembang, keterampilan organisasi, menjangkau perempuan), ia menolak kesimpulan bahwa ini mewakili dua perjuangan terpisah melawan dua sistem terpisah.
Dalam realitas kapitalisme-patriarkal, isu-isu kunci feminisme tidak dapat dipisahkan dari struktur kapitalis:
- Hak Reproduksi: Contoh perjuangan melawan Amendemen Hyde di AS menunjukkan bagaimana hak reproduksi perempuan miskin dan Dunia Ketiga lebih terancam, melibatkan konfrontasi dengan sistem medis dan negara kapitalis patriarkal yang mengalami krisis fiskal;
- Pelecehan Seksual: Di tempat kerja, pelecehan seksual adalah bagian integral dari hubungan atasan-bawahan dalam relasi produksi kapitalis kontemporer. Objektifikasi seksual perempuan secara luas juga terkait erat dengan upaya penjualan kapitalis.
Dual systems theory, dengan memisahkan patriarki dari kapitalisme, cenderung membuat isu perempuan tetap tersegregasi dalam gerakan sosialis campuran dan tidak dianggap sentral dalam perjuangan anti-kapitalis. Sebaliknya, teori Young yang melihat penindasan perempuan sebagai ‘inti’ kapitalisme-patriarkal mengubah persepsi ini:
“Jika memang benar bahwa marginalisasi perempuan dan fungsi kami sebagai tenaga kerja sekunder adalah sentral bagi kapitalisme sebagaimana berkembang secara historis dan sebagaimana ada hari ini, maka perjuangan melawan penindasan perempuan dan marginalisasi kami dalam masyarakat ini adalah ‘anti-kapitalis itu sendiri’.”
Karenanya, politik feminisme sosialis seharusnya bukan sekadar menambahkan pertemuan feminisme pada pertemuan sosialis (“sosialis yang menghadiri dua kali lebih banyak rapat”), tetapi menganggap proyek pengorganisasian feminis sebagai kerja politik sosialis yang valid, dan memastikan semua kerja politik sosialis memiliki dimensi feminis.
Lalu Apa?
Kritik Iris Young terhadap dual systems theory menunjukkan bahwa pemisahan analitis patriarki dan kapitalisme bersifat artifisial dan tidak mampu menjelaskan secara memadai basis material penindasan perempuan yang terintegrasi dalam satu sistem. Proposalnya untuk menjadikan analisis pembagian kerja gender sebagai kategori sentral dalam materialisme historis feminis menawarkan kerangka teoritis yang lebih koheren dan historis-spesifik. Dengan memahami marginalisasi perempuan sebagai tenaga kerja sekunder bukan sebagai kecelakaan sejarah atau hasil sistem patriarki eksternal, melainkan sebagai karakteristik esensial dan konstitutif dari kapitalisme patriarkal, Young memberikan landasan teoritis untuk menyatukan perjuangan melawan penindasan gender dan eksploitasi kelas dalam satu proyek transformatif tunggal. Esainya merupakan kontribusi penting untuk mengatasi “pernikahan yang tidak bahagia” antara Marxisme dan feminisme dengan tidak sekadar menambahkan satu sama lain, tetapi dengan mentransformasi Marxisme itu sendiri menjadi teori yang secara inheren feminis.
Daftar Bacaan:
Young, Iris Marion. “Beyond the Unhappy Marriage: A Critique of the Dual Systems Theory.” Dalam Women and Revolution: A Discussion of the Unhappy Marriage of Marxism and Feminism, disunting oleh Lydia Sargent. Montréal, Québec: Black Rose Books, 1981.
———. “Polity and Group Difference: A Critique of the Ideal of Universal Citizenship.” Ethics 99, no. 2 (Januari 1989): 250–74. https://doi.org/10.1086/293065.
———. “Throwing like a girl: A phenomenology of feminine body comportment motility and spatiality.” Human Studies 3, no. 1 (1 Desember 1980): 137–56. https://doi.org/10.1007/BF02331805.
———. “The Logic of Masculinist Protection: Reflections on the Current Security State.” Signs: Journal of Women in Culture and Society 29, no. 1 (September 2003): 1–25. https://doi.org/10.1086/375708.