Hipotesis Topografi
Dalam pembahasan ini Freud menyimpulkan bahwa ada tiga macam tingkatan kegiatan mental, yakni kesadaran, pra-sadar, dan ketaksadaran. Freud menggunakan analogi gunung es (ice berg) untuk menjelaskan konsepnya ini.
Mungkin pertanyaan yang harus dijawab untuk hal ini adalah dari mana datangnya ketaksadaran ini, dan bagaimana ia bisa eksis?
Secara alamiah, manusia selalu memiliki hasrat-hasrat untuk mempertahankan dan menjaga keberlangsungan hidupnya. Ia pun akan berupaya untuk mencapai segala hal yang dihasratinya itu demi memperoleh kesenangan dan kenikmatan (pleasure), dan akan menghindari segala macam kesakitan atau kesedihan. Dalam hal ini, terjadi suatu interaksi secara resiprokal antara dunia internal (hasrat) dengan dunia eksternal (realitas). Akan tetapi, kenyataan—terutama realitas sosial—seringkali berupaya membatasi pemenuhan hasrat demi terciptanya kenikmatan, karena biasanya hasrat tidak selalu dapat diterima oleh dunia eksternal (karena adanya moralitas, aturan sosial, politik, dsb). Dari sini manusia semakin mengenal dunia eksternal, ia memahami bahwa agar dapat memenuhi hasratnya dan menggapai kenikmatan, sementara realitas terus berupaya membatasi, maka manusia belajar untuk menunda pencapaian kenikmatan ini.
Sebagai contoh, bila seorang perempuan ingin memiliki tubuh langsing maka ia harus menunda keinginannya untuk makan berlebihan dan lezat agar tercapai keinginannya. Bila seseorang ingin memiliki keluarga yang mapan secara ekonomi, maka ia harus bekerja keras dan bersusah payah agar harapannya tercapai. Inilah paradoks yang muncul dalam hipotesis topografi, atau secara eksplisit dalam psikoanalisis itu sendiri. Dalam upaya pemenuhan hasrat demi tercapainya kenikmatan, maka manusia haruslah berupaya untuk menundanya, bahkan menyangkal adanya beberapa hasrat. Dalam konsep penundaan dan penyangkalan ini, munculah istilah penting dalam metapsikologi Freud, yaitu represi.
Pertanyaan sederhananya, apa konsekuensi dari penundaan dan penyangkalan ini, atau dari represi ini? Konsekuensinya adalah seseorang itu akan semakin terasing dari hasratnya, dan lebih jauh lagi mengalami kegelisahan berlebih atau gangguan kejiwaan. Sebab hasrat yang ditunda atau disangkal oleh manusia tidaklah benar-benar lenyap, hasrat ini masih terus hidup dan terus bergerak, tapi manusia tidak lagi mengenalnya, menjadi asing bagi dirinya. Di sinilah lahirnya ketaksadaran, sebuah tempat berkumpul dan bergeraknya hasrat-hasrat yang terasingkan dari kesadaran.
Lalu, apa itu ketaksadaran? Dalam hal ini, Freud menolak menggunakan penjelasan yang tersistematis. Baginya, penjelasan sistematis mengenai ketaksadaran justru akan mengkerdilkan ketaksadaran dan aspek-aspeknya. Freud membiarkan pendefinisian dan penjelasan atas ketaksadaran menjadi beraneka ragam, selain karena akan selalu ada aspek dari ketaksadaran yang luput dari pendefinisian.
Hipotesis Struktural
Pandangan mengenai ketaksadaran dan dorongan libidinal menjadi tema sentral dalam kajian awal psikoanalisis. Baru pada tahun 1914, Freud menyusun aparatus-aparatus mental yang bekerja pada wilayah psikis manusia. Menurut Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek: Id (aspek biologis), Ego (aspek psikologis), dan Superego (aspek sosiologis). Konflik dasar ketiga sistem kepribadian inilah yang dapat menciptakan energi psikis individu dan memiliki sistem kerja, sifat serta fungsinya bersama yang saling bekerja sama dalam mempengaruhi perilaku manusia.
Id merupakan lapisan psikis yang paling fundamental, wilayah eros (seksual) dan thanatos (agresi) berkuasa. Dalam Id terdapat naluri-naluri bawaan biologis (seksual dan agresif, tidak ada perimbangan akal, etika, dan yang menjadi pertimbangan adalah kesenangan) serta keinginan-keinginan yang direpresi. Contoh konkretnya, janin dalam kandungan dan bayi yang baru dilahirkan merupakan suatu bentuk dari Id semata.
Sedangkan naluri Id merupakan prinsip kehidupan yang asli atau pertama, yang oleh Freud disebut sebagai prinsip kenikmatan (pleasure principle). Tujuannya adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan atau setidaknya mengurangi ketegangan sekalipun hanya sedikit. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan, sedangkan pelepasan dari ketegangan sebagai kenikmatan. Id tidak diperintahkan oleh hukum moral, akal atau logika. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan, yaitu mencapai kepuasaan bagi keinginan nalurinya, sesuai dengan prinsip kenikmatan.
Menurut Freud ada dua cara yang dilakukan oleh Id dalam memenuhi kebutuhannya untuk meredakan ketegangan yang muncul, yaitu melalui reflek seperti berkedip dan melalui proses primer seperti membayangkan makanan pada saat lapar.
Ego adalah sistem kepribadian yang didominasi kesadaran dan terbentuk sebagai pengaruh individu kepada dunia sebagai objek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan pada prinsip kenyataan. Fungsi Ego adalah untuk menciptakan keharmonisan dan keselarasan. Jika Ego mengarah atau menyerahkan kekhususannya terlalu banyak pada Id, kepada Superego ataupun kepada dunia luar, akibatnya akan terjadi kejanggalan dan kesadarannya pun tidak teratur. Selain itu Ego juga merupakan hasil dari tindakan saling mempengaruhi antara lingkungan dengan perkembangan individu. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki potensi bawaan untuk berpikir atau menggunakan akalnya. Dapat dikatakan bahwa Ego “bekerja” di wilayah kesadaran. Meskipun terkadang juga ia “bekerja” melindungi individu dari gangguan kecemasan yang disebabkan oleh Id dan Superego.
Superego merupakan sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai moral bersifat evaluatif (memberikan batasan baik dan buruk). Menurut Freud Superego merupakan internalisasi individu tentang nilai masyarakat, karena pada bagian ini terdapat nilai moral yang memberikan batasan baik dan buruk. Dengan kata lain Superego dianggap pula sbagai moral kepribadian. Adapun fungsi pokok dari Superego jika dilihat dari hubungan dengan ketiga aspek kepribadian adalah merintangi impuls-impuls Id terutama impuls-impuls seksual dan agresi yang sangat ditentang oleh masyarakat dan mendorong Ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada yang realistis serta mengejar kesempurnaan yang diserap individu dari lingkungannya.
Dalam Superego juga Freud mencetuskan dua istilah lain: suara hati (consience) dan citra diri (ego-ideal). Suara hati didapat melalui hukuman, sedangkan citra diri dipelajari melalui penghargaan atau penghormatan. Superego dapat dinilai “objektif” terhadap warisan lingkungan, maka ia dapat dianggap sebagai hasil sosialisasi dengan kebudayaan atau adat istiadat.
Macam-Macam Mekanisme Pertahanan
Mekanisme pertahanan ego merupakan strategi yang ego lakukan untuk mengurangi bahkan mengilangkan kecemasan. Hall, Calvin S. & Linzey, Gardner menyatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan yang sangat menyakitkan yang tidak dapat ditoleransi untuk waktu yang lama. Freud membagi kecemasan menjadi tiga bentuk: neurotik, kecemasan realitas, kecemasan moral.
Di sini kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya suatu bahaya, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Dalam hal ini Ego harus mengurangi konflik antara kemauan Id dan Superego. Konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia karena menurut Freud, insting akan selalu mencari pemuasan sedangkan lingkungan sosial dan moral membatasi pemuasan tersebut. Sehingga suatu pertahanan akan selalu beroperasi secara luas dalam segi kehidupan manusia.
Ada beragam mekanisme pertahanan ego, mulai dari represi, regresi, pemindahan, sublimasi, penyangkalan, dll. Freud sendiri memang membuat postulat tentang beberapa mekanisme pertahanan. Ada dua karakteristik yang penting dari mekanisme pertahanan. Pertama, adalah mereka merupakan bentuk penolakan atau gangguan terhadap realitas. Kedua, mekanisme pertahanan berlangsung tanpa disadari. Kita sebenarnya berbohong pada diri kita sendiri, tapi tidak menyadari telah berlaku demikian. Tentu saja jika kita mengetahui bahwa kita berbohong maka mekanisme pertahanan tidak akan efektif.
Beberapa mekanisme pertahanan yang sering digunakan untuk melawan kecemasan:
- Represi
Dalam terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran. Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan. Konsep tentang represi merupakan dasar dari sistem kepribadian Freud dan berhubungan dengan semua perilaku neurosis. - Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu dorongan atau impuls yang mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat ditermia. Misalnya seseorang yang mempunyai impuls seksual yang tinggi menjadi seorang yang dengan gigih menenrang pornografi. - Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap suatu impuls yang tidak baik agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain. Misalnya seseorang berkata, “Aku tidak benci dia, dialah yang benci padaku”. Pada proyeksi impuls itu masih dapat bermanifestasi namun dengan cara yang lebih dapat diterima. - Altruisme
Mekanisme pertahanan di mana individu dapat mengalami kepuasan dengan melayani orang lain. Misalnya seseorang pendeta yang dapat menahan gairah seksualnya untuk tidak menikah dengan melayani umat. - Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frutasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi. Regresi biasanya berhubungan dengan kembalinya individu ke suatu tahap perkembangan psikoseksual. Individu kembali ke masa dia merasa lebih aman dari hidupnya dan dimanifestasikan oleh perilakunya di saat itu, seperi kekanak-kanakan dan perilaku dependen. - Pemindahan
Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia. Misalnya, seorang anak yang kesal dan marah dengan orang tuanya, karena perasaan takut berhadapan dengan orang tua maka rasa kesal dan marahnya itu dilimpahkan kepada adiknya yang kecil. Pada mekanisme pertahanan ini objek pengganti adalah suatu objek yang menurut individu bukanlah suatu ancaman. - Sublimasi
Berbeda dengan pemindahan (displacement) yang mengganti objek untuk memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id utu sendiri. Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara sosial bukan hanya dapat diterima tapi dipuji. Misalnya energi seksual diubah menjadi perilaku kreatif yang artisitik, atau seperti melukis, menulis, berolahraga, dll. - Asketisme
Suatu mekanisme pertahanan di mana individu melepaskan obsesi terhadap kenikmatan duniawi dan beralih pada kenikmatan rohani. Hal ini dapat kita jumapi pada orang-orang beragama seperti sufi, di mana mereka dengan suka cita melepaskan diri dari keduniaan dan melebut dalam kenikmatan rohani.
Penutup
Metapsikologi merupakan suatu teori atau istilah fundamental dalam seluruh pemikiran Freud. yang menjelaskan perihal mekanisme kejiwaan manusia. Konsep-konsep seperti Id, Ego, dan Superego, berserta beragam macam mekanisme pertahanan, menjadi sangat krusial dalam memahami bagaimana proses kejiwaan seseorang terjadi dan terbentuk. Tanpanya, rasanya mustahil untuk mampu menjelaskan pemikiran atau psikoalanisis Freud, atau persoalan kejiwaan manusia. Segala persoalan mengenai aktivitas mental manusia dengan gangguan kejiwaannya (neurotik) tak akan dapat dimengerti dengan sangat baik jika kita mengesampingkan teori metapsikologi itu sendiri sebagai suatu fondasi dari bangunan studi kejiwaan. Dan dalam artikel ini, saya telah berusaha menguraikan konsep-konsep penting dalam teori metapsikologi Freud. Akan tetapi, penjelasan mengenai kelima hipotesis yang saling berkait kelindan dalam teori metapsikologi Freud tersebut, hanya tiga konsep atau hipotesis saja yang telah saya uraikan. Sementara kedua konsep lainnya akan saya coba uraikan dalam artikel selanjutnya dengan lebih terperinci.
_______________________
DAFTAR PUSTAKA:
Freud, Sigmund. 2005. The Essentials of Psycho-Analysis. Vintage.
Jones, Ernest. 1967. The Life and Work of Sigmund Freud. Hogart Press.
Siraj, Fakhrun. 2019. Fundamental Psychoanalysis: On Tradition and Freudian Metapsychology. Materi pelatihan psikoanalisis Asosiasi Psikoanalisis Indonesia, materi tidak diterbitkan.