Sunni dan Krisis Solidaritas Islam

Dunia menganggap Islam kehilangan arah. Padahal, yang sebenarnya kehilangan arah bukanlah Islam, melainkan Sunni. Mereka terlalu sibuk dengan konflik internal, hingga sulit dibayangkan mereka mampu memimpin kebangkitan dunia Islam yang bahkan untuk membangkitkan diri sendiri pun kesulitan.

Dibandingkan Syiah, tradisi Sunni tampak kesulitan membangun solidaritas kolektif. Dari namanya saja Ahlussunnah wal Jamaah, hanya punya semangat berjamaah, tanpa kejelasan siapa imamnya. Konflik antar faksi tak kunjung selesai: antara Salafi Wahabi dan Nahdliyin di Indonesia, mereka saling menolak satu sama lain meski sama-sama membaca Al-Qur’an dan hadis yang sama—Bukhari dan Muslim.

Di tingkat internasional, fragmentasi semakin nyata: Salafi Saudi vs Salafi Qatar, Salafi vs Ikhwanul Muslimin, hingga ketegangan antara Sunni Turki dan Salafi Saudi. Belum lagi kehadiran aktor-aktor tambahan seperti ISIS, Al-Qaeda, HT, FPI, Balawi, hingga Ahmadiyah. Semua ini memperlihatkan betapa rapuhnya kesatuan kekompakan Sunni secara global.

Syiah—meskipun juga terpecah—lebih terorganisir secara geopolitik. Syiah Alawiyah, meski dianggap menyimpang oleh Imamiyah, tetap bisa berkoalisi, seperti hubungan Assad dan Khomeini. Zaidiyah dan Imamiyah punya ketegangan tersendiri, tapi tetap solid dalam proyek bersama seperti koalisi Iran dan Houthi di Yaman. Bahkan dalam tubuh Imamiyah sendiri—antara marja Iran dan Irak—masih bisa terjaga kesatuan visi.

Sulit membayangkan Sunni membawa soliditas dunia Islam. Tak ada preseden sejarah yang menunjukkan mereka pernah benar-benar solid. Sejarah Sunni adalah sejarah pertikaian internal tanpa akhir, dengan tiap faksi merasa sebagai pemegang kebenaran mutlak. Ketika Wahabi disebut Ahlussunnah wal Jamaah, Nahdliyin menolak. Ketika Nahdliyin mengklaim sebagai Ahlussunnah, Wahabi juga menolak. Dan semua menolak jika Ahmadiyah disebut sebagai bagian dari Sunni. Semua faksi di internal Sunni, saling menolak satu sama lain.

Sunni, jangankan membangun kekompakan, bahkan untuk menolong sesama manusia yang celaka pun kadang masih sibuk menanyakan: “Madzhab Anda apa?”

-Pakta_Warsawa